www.iainlhokseumawe.ac.id – Perhelatan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke-21 tahun 2022 di Bali dibuka Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani. Ajang bergengsi perkumpulan para akademisi ini diberi tajuk Future Religion in G20. Adapun tema dasarnya adalah Digital Transformation, Knowledge Management dan Social Resilience.
Muhammad Ali Ramdhani dalam sambutannya menyampaikan bahwa agama harus bisa mempertautkan jiwa dan cinta dan menyatukan umat manusia. Agama juga harus dapat mendekatkan insan-insan manusia dalam ruh keagamaan yang sesungguhnya.
“Dimensi awalnya, agama hadir untuk mempertautkan jiwa dan cinta diantara kita, belakangan agama menjadi sekat pembeda antar insan manusia. Future Religion pada dasarnya adalah untuk mengembalikan nilai-nilai keagamaan pada ruh keagamaan yang sesungguhnya, ketika kita sadar bahwa agama hadir untuk mendekatkan insan-insan antar manusia. Agama mengajarkan potret-potret wajah orang-orang yang ramah tidak marah, mereka yang mengajak tidak mengejek, mereka yang membina, tidak menghina, mereka yang mencinta bukan mencerca. Agama seperti itu harus hadir di dalam diri kita, maka AICIS membahas tentang hal tersebut,” paparnya saat membuka AICIS di Ballroom Fourpoint Bali pada Selasa, (01/11/2022).
“Sebuah transformasi pengetahuan tidak boleh hanya penjejalan ilmu semata, tetapi juga harus menularkan nilai-nilai keagamaan, bukan bercerita dengan suatu hal yang sekedar benar dan salah, tetapi juga harus menajamkan nilai-nilai yang baik dan buruk. Mulai sosialiasi, eksternalisasi, kombinasi dan internaslisai merupakan bagian utuh untuk membangun agama masa depan tanpa mengubah agama pada hari ini”, imbuhnya.
Dhani menambahkan bahwa banyak orang yang salah kaprah memahami konsep moderasi beragama kementerian agama dengan pendangkalan agama, padahal sesungguhnya yang diajarkan dan diusung oleh Kementerian agama adalah berkeinginan agar setiap insan-insan di Indoensaia ini mempelajari agama secara baik dan benar. Sebab ketika seseorang yang belajar agama dengan baik dan benar, maka dirinya akan tampil senantiasa akan memahami pengiring ayat rasulullah. Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin yang bermakna bahwa tidak semata aku utus, kecuali membawa rahmat bagi seluruh semesta.
“Digital transformasi, knowledge manajemen semua untuk menghadapi berbagai dinamika kekinian yang sungguh sangat menuntut daya tahan seseorang. Berbagai tekanan, berbagai dilema kehidupan telah mendera setiap anak bangsa. Maka harus ada cara lain untuk menjaga ketahanan sosial. Agama akan hadir menancapkan pondasi yang kokoh saat turun dan naik, serta dinamis dan statis”, jelas Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini.
“Agama hadir untuk memberikan pencerahan dan kesejukan jiwa, tak pernah agama masuk ke rumah manapun dengan kekerasan. Tak pernah agama masuk dengan pedang tetapi dengan keramahan. Untuk itu, mari kita membentuk tatanan agama yang menyejukkan, saling menghormati satu sama lain dan menghormati budaya lokal selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama perlu dibahas di forum ini,” tutupnya. (AR)